Tak terasa, hari ini sudah memasuki tanggal 17 Agustus 2010. Beberapa jam lagi dari pukul 02.10 AM ini Negara kita tercinta ini akan genap berusia 65 tahun. Sebuah usia yang bisa dibilang tidak muda lagi.
Meskipun setengah ngantuk karena harus menunggu Sahur, dan bukan karena niat untuk begadang serta Napak Tilas ke waktu 65 tahun silam, dimana para Founding Father kita saya yakin pada saat itu juga banyak yang tidak tidur karena menunggu saat2 bersejarah pagi harinya, yaitu Proklamasi Kemerdekaan.
Semestinya jika kita mendengar kata Merdeka, kita bisa membayangkan bahwa kita bisa memperoleh kebebasan. Bebas fisik, bebas hati, bebas pikiran dan bebas hidup.
Sayang... meskipun sudah terbilang di usia renta, ibarat seorang manusia yang semula hidup dalam pasungan dan penderitaan karena penjajahan, maka 65 tahun ini Negara Tercinta kita ini baru bisa merasakan kemerdekaan fisik nya saja.
Artinya secara fisik, kita memang sudah merdeka. Tidak dijajah lagi dan bisa hidup sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
Tetapi dari sisi hati, belumlah bisa kita katakan sudah merdeka. Bagaimana tidak, banyaknya kasus korupsi yang terjadi hampir disemua golongan dari yang paling atas hingga yang paling bawah jelas jelas menunjukan bahwa hati belum merdeka.
Hati masih berada dalam pasungan. Kebenaran kata katanya tak lagi pernah didengar.
Jika saja hati sudah merdeka dan bebas, tidak mungkin seseorang berani melakukan tindakan sekotor korupsi itu. Karena bebasnya hati berarti bersihnya jiwa.
Begitu juga dengan pikiran. Tak percaya...?, coba saja pikirkan. Saya berani bilang Merdeka itu belum tentu bebas. Contoh yang paling sederhana saja. Hampir di seluruh Indonesia yang pernah saya singgahi, tidak ada satupun jalan merdeka yang lowong. Semuanya macet tidak karuan, kotor, kumuh dan berantakan.
Semuanya bikin pikiran kusut dan menyebalkan. Mustinya kan sebelum jalan jalan yang lain bebas, ya yang paling mudah jalan merdeka itu kan artinya bebas, tapi aneh kenyataannya adalah semerawut.
Ingin lebih nyata...?, coba lihat yang namanya jalan tol. Kelihatannya hanya di negara kita ini yang namanya jalan bebas hambatan tapi macet. Kepikiran lagi kan...?
Dan yang terakhir yang paling menyedihkan adalah...
Setelah 65 tahun Merdeka ini sebagian besar orang yang hidup di Negara kita tercinta ini tidak bebas hidup. Kemiskinan semakin tajam. Pengangguran semakin banyak. Demoralisasi semakin besar, dan Segala macam penunjang hidup semakin mahal.
Mengapa semua itu bisa terjadi ya....??
Itu pertanda umur tua memang tidak identik dengan dewasa. Artinya meskipun umur negara dan bangsa kita ini sudah berusia 65 tahun, tapi masih bersikap Childist atau kekanak kanakan. Lihat Syarat Terciptanya Tim Komunikasi Hebat 002.
Karena untuk menjadi negara dan bangsa yang besar, diperlukan mulai dari satu individu yang tertanam sikap Tim Komunikasi Hebat antara Hati, Pikiran dan Nafsunya. Baru bisa bersinergi dengan individu lain yang memiliki sikap sama dan akhirnya membentuk satu kesatuan negara dan bangsa yang dewasa dan hebat pula.
Dirgahayu Republik Indonesia ke 65 tahun, semoga kita semua semakin dewasa dan menjadi negara dan bangsa yang besar pada akhirnya...
Meskipun setengah ngantuk karena harus menunggu Sahur, dan bukan karena niat untuk begadang serta Napak Tilas ke waktu 65 tahun silam, dimana para Founding Father kita saya yakin pada saat itu juga banyak yang tidak tidur karena menunggu saat2 bersejarah pagi harinya, yaitu Proklamasi Kemerdekaan.
Semestinya jika kita mendengar kata Merdeka, kita bisa membayangkan bahwa kita bisa memperoleh kebebasan. Bebas fisik, bebas hati, bebas pikiran dan bebas hidup.
Sayang... meskipun sudah terbilang di usia renta, ibarat seorang manusia yang semula hidup dalam pasungan dan penderitaan karena penjajahan, maka 65 tahun ini Negara Tercinta kita ini baru bisa merasakan kemerdekaan fisik nya saja.
Artinya secara fisik, kita memang sudah merdeka. Tidak dijajah lagi dan bisa hidup sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
Tetapi dari sisi hati, belumlah bisa kita katakan sudah merdeka. Bagaimana tidak, banyaknya kasus korupsi yang terjadi hampir disemua golongan dari yang paling atas hingga yang paling bawah jelas jelas menunjukan bahwa hati belum merdeka.
Hati masih berada dalam pasungan. Kebenaran kata katanya tak lagi pernah didengar.
Jika saja hati sudah merdeka dan bebas, tidak mungkin seseorang berani melakukan tindakan sekotor korupsi itu. Karena bebasnya hati berarti bersihnya jiwa.
Begitu juga dengan pikiran. Tak percaya...?, coba saja pikirkan. Saya berani bilang Merdeka itu belum tentu bebas. Contoh yang paling sederhana saja. Hampir di seluruh Indonesia yang pernah saya singgahi, tidak ada satupun jalan merdeka yang lowong. Semuanya macet tidak karuan, kotor, kumuh dan berantakan.
Semuanya bikin pikiran kusut dan menyebalkan. Mustinya kan sebelum jalan jalan yang lain bebas, ya yang paling mudah jalan merdeka itu kan artinya bebas, tapi aneh kenyataannya adalah semerawut.
Ingin lebih nyata...?, coba lihat yang namanya jalan tol. Kelihatannya hanya di negara kita ini yang namanya jalan bebas hambatan tapi macet. Kepikiran lagi kan...?
Dan yang terakhir yang paling menyedihkan adalah...
Setelah 65 tahun Merdeka ini sebagian besar orang yang hidup di Negara kita tercinta ini tidak bebas hidup. Kemiskinan semakin tajam. Pengangguran semakin banyak. Demoralisasi semakin besar, dan Segala macam penunjang hidup semakin mahal.
Mengapa semua itu bisa terjadi ya....??
Itu pertanda umur tua memang tidak identik dengan dewasa. Artinya meskipun umur negara dan bangsa kita ini sudah berusia 65 tahun, tapi masih bersikap Childist atau kekanak kanakan. Lihat Syarat Terciptanya Tim Komunikasi Hebat 002.
Karena untuk menjadi negara dan bangsa yang besar, diperlukan mulai dari satu individu yang tertanam sikap Tim Komunikasi Hebat antara Hati, Pikiran dan Nafsunya. Baru bisa bersinergi dengan individu lain yang memiliki sikap sama dan akhirnya membentuk satu kesatuan negara dan bangsa yang dewasa dan hebat pula.
Dirgahayu Republik Indonesia ke 65 tahun, semoga kita semua semakin dewasa dan menjadi negara dan bangsa yang besar pada akhirnya...