Thursday, August 26, 2010

Komunikasi Tingkat Tinggi 025

SmileyCentral.com

Setiap pertengahan bulan Puasa, selalu diperingati kisah tentang turunnya kitab suci Al Quran. Disebut Kitab Suci, karena didalamnya diyakini berisi kalimat kalimat yang berasal dari Allah YME yang diturunkan melalui perantara utusanNya yaitu Nabi Muhammad SAW. Diperuntukkan untuk seluruh manusia sebagai pedoman dalam mengarungi hidup menuju ke arah yang benar, lurus, baik dan tentu berada dalam Ridho Nya.

Saya bukanlah seorang Akhli Agama, oleh karena itu saya tidak akan membahas ini dalam konteks agama, tapi merenungkannya dalam konteks komunikasi, yang berlaku tidak saja untuk Kitab Suci Al Quran ini, tetapi juga untuk kitab agama apapun yang dianggap suci oleh pemeluknya.

Namun mengingat saya adalah seorang mouslim sejak lahir (Buyut, Nenek, Ibu Bapak, dan saya adalah keluarga mouslim), maka mohon maaf bila saya merenungkannya berdasarkan Kitab suci Al Quran ini.

Kalimat kalimat di dalam Al Quran, adalah bahasa Tuhan Pencipta alam semesta. Kata-katanya berasal dari Penguasa Alam Semesta. Memiliki pengertian yang sangat dalam, dan berada dalam tingkatan komunikasi yang tertinggi derajatnya. Oleh karena itu, makna yang terkandung dalam setiap kataNya sangat saya yakini tidaklah mungkin bisa dicerna secara harfiah saja, atau berdasarkan kemampuan otak manusia yang terbatas. HARUS LEBIH DARI ITU..!!

Sebagai contoh, "Aku berlindung dari godaan syaiton yang terkutuk.."

Siapa sih yang dimaksud "syaiton" disini??"

Kalau kita menterjemahkannya secara harfiah, maka kita pasti akan menebak bahwa "si syaiton" itu adalah pihak lain di luar dari diri kita sendiri, yang kerjaannya menggoda kita.

Jadi kalau sampai kita terjerumus dalam suatu perbuatan yang dilarang, dengan mudah kita berkata bahwa itu salah si "syaiton". Padahal pada hari persidangan nanti, bisa saja "si syaiton" akan bilang begini: " eh...siapa elo, kenal nggak, sodara bukan, ngapain juga gue godain lo..."

Namun jika kita merenungi Komunikasi Tingkat Tinggi yang berasal dari kalimat Tuhan itu, kita akan mendapati bahwa "syaiton" itu tidak lain adalah "Nafsu" di dalam diri kita sendiri, atau secara gamblang tergambar bahwa godaan itu berasal dari diri kita sendiri.

Jadi kalimat itu akan berbunyi: "Aku berlindung dari godaan diriku sendiri akan perbuatan yang dilarang/terkutuk/tidak pantas yang bisa mendapatkan hukuman dari Tuhan"

Jadi kalau masih tergoda juga. Kesimpulannya cuma dua, pertama emang "Doyan", kedua "Tanggung sendiri akibatnya.." Bisa sekarang, bisa nanti. Bisa sekarang dan Nanti.

Kalimat lain misalnya:"Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang"

Jika dicerna secara harfiah, "Ah tenang aja gw mau ngapain aja gw punya Tuhan yang Pengasih dan Penyayang". "Kalo salah tinggal minta maaf, namanya Pengasih dan Penyayang pasti dimaapin dah"

Padahal kalau dicerna secara mendalam akan menjadi begini: Karena Tuhan Maha mengetahui segalanya tentang kita dan keinginan kita sebagai ciptaanNya maka setiap mau ngasih...ah sayang, mau kasih lagi...ah sayang lagi. Nggak jadi jadi ngasihnya.

Mengapa begitu?, ya kalau ada sesuatu yang kita upayakan atau kita inginkan sampai sekarang belum terkabulkan, mungkin kita masih salah caranya. Atau kita masih banyak melanggar yang dilarangNya. Oleh sebab itu Tuhan menunda kasihNya, karena sayang melihat kita belum kuat menanggung pemberianNya.

Itu baru dua kalimat...., namanya juga bahasa Tuhan yang memiliki Komunikasi Tingkat Tinggi kok mau disamakan dengan bahasa manusia.

Maka selain membaca kitab suci, berhati hatilah kita menterjemahkannya. Kalau tidak ingin dibilang tidak tau diri, jangan menggunakan asumsi kita, tapi gunakanlah apa yang dinginkan oleh Pencipta kita.