Ada yang menarik untuk disimak dari mulai pelaksanaan Pemilu Legislatif tanggal 09 April 2009 kemarin, sampai dengan pengumuman hasil perhitungan cepat maupun Real Count oleh KPU sampai dengan saat ini.
Sejak persiapan pemilu, hingga saat hari H pemilu 2009. Saya sungguh tidak menyangka bahwa di perumahan saya antusias para warga yang ikut berpartisipasi dalam pemilu sungguh membanggakan. Ini bisa dilihat dari TPS tempat saya memilih, dari Total 300 suara yang terdaftar, 280 diantaranya ikut memilih. Sedangkan sisanya memilih di kampung tempat tinggalnya karena harus pulang kampung.
Diperumahan saya hanya terdiri dari satu RW dan empat RT. TPS yang tersedia adalah TPS 15 untuk RT 1 dan 3. Serta TPS 16 untuk RT 02 dan 04. Mengingat saya tinggal di RT.04 maka saya kebagian mencontreng di TPS 16.
Sejak pagi hari pukul 08.00 pencontrengan sudah dimulai. Di TPS 16 kami tersedia 4 kotak suara dan 4 bilik suara. Sehingga seluruh pencontrengan tepat sekitar jam 12.00 siang sudah selesai dilakukan seluruhnya.
Setelah hasilnya diumumkan pada sore hari, sungguh tak disangka Partai Demokrat memperoleh lebih dari 200 suara, sisanya terbagi oleh PKS no 2 dan partai partai besar lainnya di urutan selanjutnya.
Selain itu dari hasil perhitungan cepat yang diumumkan di Televisi, dimana-mana diseluruh Indonesia di dominasi oleh Partai Demokrat diurutan pertama dilanjutkan kalau tidak Golkar atau PDIP dan partai lainnya dirurutan selanjutnya. Kurang lebih fenomenanya sama dengan diperumahan saya.
Dari Real Count hingga jam 21.00 Sabtu malam yang diumumkan di surat kabar lebih mencolok lagi, PD 21,226%, PDIP 14,936%, Golkar 14,444%, PKS 8,792% dan PAN 6,475% diurutan Lima Besar.
Jadi kesimpulannya apa yang sesungguhnya sedang terjadi di masyarakat kita?
Kenapa bukan Golkar, atau PDIP atau Partai baru yang gencar promosinya seperti Gerindra dan Hanura yang menang ?
Kenapa Golput yang sebelumnya didengung-dengungkan akan mendominasi pemilu, jumlahnya biasa-biasa saja. Dari informasi di televise sekitar 40%. Itupun kebanyakan karena Faktor Teknis tidak dapat memilih dan lain2nya. Bukan karena pengakuan.
Jawabannya sebenarnya mudah, Rakyat Mulai Dewasa Dalam Komunikasi Politik.
Selama ini Rakyat Tahu, bahwa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai orang No.1 di Indonesia selama ini meskipun belum 100% sempurna tetapi sudah mencerminkan keinginan mayoritas dari rakyat Indonesia. Jadi rakyat ingin Bapak kita itu melanjutkan apa yang telah dimulainya 5 tahun belakangan menjadi semakin baik, semakin tegas dan semakin maju serta menolak Janji Perubahan, yang biasanya bila diberi kesempatan menang hanya akan mengacak-acak system yang berjalan sudah cukup baik saat ini kearah kemunduruan dengan mengatasnamakan perubahan.
Rakyat sadar, mereka hanya melihat “The Man Behind The Gun” nya yaitu SBY, mereka tidak lihat calegnya, mereka tidak lihat promosinya, mereka cuma fikir, bila harapan terhadap SBY melanjutkan pekerjaannya masih ada, maka Partainya SBY yaitu PD mau tidak mau harus di dukung.
Masalah caleg mereka yakin, bila berbuat macam-macam pasti akan di tindak tegas oleh SBY. Wong sudah terbukti “Besannya” saja tidak dibela tapi diserahkan kepada perangkat hukum, apalagi Cuma caleg pasti ditindak juga. “Emang siapa elo…??”
Rakyat sudah pintar…rakyat sudah cerdas…dan rakyat sudah mengerti komunikasi politik.
Bagaimana dengan Golongan atau Partai atau Kelompok lain..?
Semestinya belajarlah dari kehendak rakyat. Jangan mencari-cari alasan. Kecurangan lah, banyaknya golputlah, kesalahan teknis lah. Percayalah bila teknis tidak ada masalah. Bila golput tidak terjadi, tetap saja Partai Demokrat justru akan semakin besar suaranya.
Jadi menurut analisa saya sebagai orang awam, tidak ada cara lain lebih baik mendukung Demokrat dan capresnya SBY untuk melanjutkan pembangunan di depan, dari pada cuma ngomong doang dan semakin kelihatan tidak legowo dan dewasa, dan semakin ditinggalkan rakyat. Karena sekali lagi harus disadari Rakyat Mulai Dewasa Dalam Komunikasi Politik……HEBAT!!
Sejak persiapan pemilu, hingga saat hari H pemilu 2009. Saya sungguh tidak menyangka bahwa di perumahan saya antusias para warga yang ikut berpartisipasi dalam pemilu sungguh membanggakan. Ini bisa dilihat dari TPS tempat saya memilih, dari Total 300 suara yang terdaftar, 280 diantaranya ikut memilih. Sedangkan sisanya memilih di kampung tempat tinggalnya karena harus pulang kampung.
Diperumahan saya hanya terdiri dari satu RW dan empat RT. TPS yang tersedia adalah TPS 15 untuk RT 1 dan 3. Serta TPS 16 untuk RT 02 dan 04. Mengingat saya tinggal di RT.04 maka saya kebagian mencontreng di TPS 16.
Sejak pagi hari pukul 08.00 pencontrengan sudah dimulai. Di TPS 16 kami tersedia 4 kotak suara dan 4 bilik suara. Sehingga seluruh pencontrengan tepat sekitar jam 12.00 siang sudah selesai dilakukan seluruhnya.
Setelah hasilnya diumumkan pada sore hari, sungguh tak disangka Partai Demokrat memperoleh lebih dari 200 suara, sisanya terbagi oleh PKS no 2 dan partai partai besar lainnya di urutan selanjutnya.
Selain itu dari hasil perhitungan cepat yang diumumkan di Televisi, dimana-mana diseluruh Indonesia di dominasi oleh Partai Demokrat diurutan pertama dilanjutkan kalau tidak Golkar atau PDIP dan partai lainnya dirurutan selanjutnya. Kurang lebih fenomenanya sama dengan diperumahan saya.
Dari Real Count hingga jam 21.00 Sabtu malam yang diumumkan di surat kabar lebih mencolok lagi, PD 21,226%, PDIP 14,936%, Golkar 14,444%, PKS 8,792% dan PAN 6,475% diurutan Lima Besar.
Jadi kesimpulannya apa yang sesungguhnya sedang terjadi di masyarakat kita?
Kenapa bukan Golkar, atau PDIP atau Partai baru yang gencar promosinya seperti Gerindra dan Hanura yang menang ?
Kenapa Golput yang sebelumnya didengung-dengungkan akan mendominasi pemilu, jumlahnya biasa-biasa saja. Dari informasi di televise sekitar 40%. Itupun kebanyakan karena Faktor Teknis tidak dapat memilih dan lain2nya. Bukan karena pengakuan.
Jawabannya sebenarnya mudah, Rakyat Mulai Dewasa Dalam Komunikasi Politik.
Selama ini Rakyat Tahu, bahwa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai orang No.1 di Indonesia selama ini meskipun belum 100% sempurna tetapi sudah mencerminkan keinginan mayoritas dari rakyat Indonesia. Jadi rakyat ingin Bapak kita itu melanjutkan apa yang telah dimulainya 5 tahun belakangan menjadi semakin baik, semakin tegas dan semakin maju serta menolak Janji Perubahan, yang biasanya bila diberi kesempatan menang hanya akan mengacak-acak system yang berjalan sudah cukup baik saat ini kearah kemunduruan dengan mengatasnamakan perubahan.
Rakyat sadar, mereka hanya melihat “The Man Behind The Gun” nya yaitu SBY, mereka tidak lihat calegnya, mereka tidak lihat promosinya, mereka cuma fikir, bila harapan terhadap SBY melanjutkan pekerjaannya masih ada, maka Partainya SBY yaitu PD mau tidak mau harus di dukung.
Masalah caleg mereka yakin, bila berbuat macam-macam pasti akan di tindak tegas oleh SBY. Wong sudah terbukti “Besannya” saja tidak dibela tapi diserahkan kepada perangkat hukum, apalagi Cuma caleg pasti ditindak juga. “Emang siapa elo…??”
Rakyat sudah pintar…rakyat sudah cerdas…dan rakyat sudah mengerti komunikasi politik.
Bagaimana dengan Golongan atau Partai atau Kelompok lain..?
Semestinya belajarlah dari kehendak rakyat. Jangan mencari-cari alasan. Kecurangan lah, banyaknya golputlah, kesalahan teknis lah. Percayalah bila teknis tidak ada masalah. Bila golput tidak terjadi, tetap saja Partai Demokrat justru akan semakin besar suaranya.
Jadi menurut analisa saya sebagai orang awam, tidak ada cara lain lebih baik mendukung Demokrat dan capresnya SBY untuk melanjutkan pembangunan di depan, dari pada cuma ngomong doang dan semakin kelihatan tidak legowo dan dewasa, dan semakin ditinggalkan rakyat. Karena sekali lagi harus disadari Rakyat Mulai Dewasa Dalam Komunikasi Politik……HEBAT!!