Sunday, March 29, 2009

Alam Berontak di Situ Gintung 009

SmileyCentral.com

Kesabaran bukan hanya milik manusia. Alam juga punya kesabaran. Dan bila kesabaran itu telah sampai pada batasnya, bukan hanya manusia yang bisa berontak, Alam juga bisa berontak. Dan bila Alam sudah berontak, maka berderailah air mata manusia.

Terjadinya suatu pemberontakan selalu akibat tidak pernah digubrisnya komunikasi yang disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lainnya. Pada mulanya mungkin pihak yang tidak digubris itu terlihat diam. Namun sebenarnya, dalam diam itu terakumulasi kemarahan yang semakin lama semakin besar. Dan bila sudah tiba saatnya, pemberontakan akan terjadi dan kemarahan itu akan meledak melebihi kekuatan apapun yang bisa dibayangkan.

Alam berontak di Situ Gintung ini salah satu contoh pemberontakan Alam akibat tidak digubrisnya komunikasi Alam Situ Gintung selama ini oleh manusia.

Di awali dengan ketenangan Situ Gintung di jaman Belanda, diperuntukkan sebagai lokasi resapan dan penampungan air, serta digunakan untuk kepentingan irigasi pertanian. Saat itu Situ Gintung tidak pernah mengeluh dan tidak menunjukkan gejala yang membahayakan, karena jutaan liter air dengan tenang bernafas dan beriak dihamparan areal seluas 30 hektar lebih.

Seiring berjalannya waktu, keserakahan manusia mulai terlihat di areal Situ Gintung. Tanpa memperdulikan Jutaan air yang selama ini lega bernafas di dalamnya, manusia mulai dengan ego dan keserakahanya sendiri atas nama bisnis pariwisata, atas nama pemukiman perumahan dll mulai mengambil alih areal Situ Gintung sedikit demi sedikit.

Situ Gintung sudah lama mengeluh, sudah lama berkomunikasi. Jutaan liter air didalamnya tidak lagi bisa bernafas lega. Mereka mencoba memberikan isyarat dengan retakan-retakan disekitar tanggul dan areal sekitar situ lainnya. Bagaimana tidak, tempat mereka bernafas saat ini berkurang jauh dari sekitar 30 hektar lebih menjadi tinggal 20 hektar lebih.

Dan saat manusia yang serakah ini tidak menggubris komunikasi yang disampaikan oleh Situ Gintung, maka rasa sesak yang dirasakan oleh jutaan liter air itu tak tertahankan lagi, mereka ingin bebas dan Alam selalu dapat mencari jalannya...

Maka terjadilah..., Alam berontak di Situ Gintung.

Dan berderailah air mata manusia.