Thursday, January 29, 2009

Bersahabat Dengan Diri Sendiri 005

SmileyCentral.com
Sebelum berinteraksi dengan orang lain, ada baiknya mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Hal ini penting, mengingat cara-cara berkomunikasi yang baik adalah dimulai dari diri sendiri. Dengan demikian bisa diketahui seberapa besar medan magnit yang dimiliki, sehingga bisa menarik lawan bicara kedalam grafitasi seseorang, dan bersama –sama saling memberi motivasi untuk berputar bersama mencapai kemajuan.

Secara kodrati, setiap orang diberi bekal berupa Akal, Hati Nurani, dan Nafsu. Ke tiga unsur tersebut jika diamati lebih jauh bagaikan tiga pilot yang mengendalikan diri seseorang. Selebihnya adalah seberapa lama jam terbang pengalaman seseorang yang bisa membuat karakternya terbentuk menjadi Kekanak-kanakan, Dewasa, Bijak, Sok Tua, Menyenangkan, Menyebalkan atau bahkan Gila.

Tubuh manusia dari mulai ujung rambut sampai ke ujung kaki, jika diperhatikan mirip seperti sebuah mesin. Seluruhnya bisa bergerak atau diam tergantung bagaimana ke tiga pilotnya bekerja. Jika ketiga pilot tersebut masing-masing ingin berkuasa sendiri-sendiri, sudah dapat dipastikan, manusia akan menjadi makhluk yang kacau baik fisik maupun psikisnya.

Itu sebabnya diperlukan kerjasama yang erat antar ke tiga pilot tersebut, agar masing-masing bisa saling mendukung dalam menjalankan tugasnya secara harmonis. Atau dengan kata lain perlu persahabatan diantara ke tiga pilot tersebut, sehingga manusia bisa Bersahabat dengan Dirinya Sendiri.

Seperti pembahasan tentang Persahabatan pada artikel yang lalu, sebelum bisa bersahabat tentu perlu dikenal lebih jauh tentang ke tiga pilot tersebut.

Akal, sering disebut juga Logika atau Daya Fikir. Merupakan kemampuan terbatas untuk menganalisa, menghitung, menggambarkan sesuatu yang nyata dan menghasilkan hukum sebab akibat. Disebut terbatas, karena kemampuan otak tempat dimana Akal bekerja juga terbatas. Oleh sebab itu apapun hasil yang diperoleh dari Akal pasti relative. Maka satu saja ada kejadian yang tidak bisa di analisa, dihitung dan digambarkan secara nyata, langsung dikatakan sebagai suatu kejadian yang Diluar Akal. Antara lain adanya Alam Ghaib, sesuatu yang Ajaib, dan unsur Dogma.

Untuk mempermudah bahasan, anggap saja Akal ini adalah Magnit Kutub Utara.

Hati Nurani, sering disebut juga Hati Kecil. Merupkan kemampuan yang berlawanan 180 derajat dari Akal. Tidak terbatas dan tidak relative. Berdasarkan Alam Ghaib dan berpatokan pada Dogma. Ada didalam manusia, tapi belum pernah ada yang membuktikan letak percisnya dibagian mana dalam tubuh manusia. Hanya kira-kira ada di dalam Hati. Konon berdasarkan Dogma yang ditulis kitab-kitab suci, bahwa manusia pertama Adam diciptakan dari debu/tanah Syorga. Karena manusia sekarang ini adalah keturunan Adam, tentu masih memiliki warisan debu/tanah Syorga tersebut meskipun sangat-sangat kecil, karena telah dibagi dengan milyaran manusia. Setitik debu/tanah Syorga inilah semestinya yang disebut Hati Nurani. Oleh karena itu juga disebut Hati Kecil karena bentuknya sudah sangat kecil sekali. Namun sekecil-kecilnya debu/tanah, kalau berasal dari Syorga sudah tentu kekuatannya sangat besar, sangat benar, sangat mulia dan sangat baik. Oleh karena itu jangan heran kalau Hati Nurani atau Hati Kecil itu tidak pernah bisa Berbohong dan Dibohongi.

Untuk mempermudah bahasan, anggap saja Hati Nurani ini adalah Kutub Selatan.

Nafsu, ini paling banyak sebutannya bisa Emosi, dll. Merupakan suatu energi atau kekuatan yang juga berada dalam tubuh manusia, juga tidak jelas dimana letaknya. Nafsu ini bersifat Avonturir, tergantung mana yang lebih berkuasa. Kalau Akal sedang berkuasa, maka Nafsu menjadi temannya. Sebaliknya jika Hati Nurani sedang berkuasa, maka Nafsu juga menjadi temannya. Bila salah satu saja baik Akal atau Hati Nurani terlalu lama berkuasa, maka tanpa sadar pelan-pelan Nafsu lah yang berkuasa.

Untuk mempermudah bahasan, anggap saja Nafsu ini adalah Arus Listrik.

Setelah mengenal ke tiga kendali dalam tubuh manusia tersebut, sekarang kita bayangkan sebagai berikut:

Jika saja Akal sebagai Kutub Utara lebih dominan dari Hati Nurani, maka dengan bantuan aliran listrik Nafsu, maka lama-lama Hati Nurani bisa mati. Karena sebagai Kutub Selatan tidak punya lagi memiliki daya dorong untuk melawan Akal sehingga magnit selatan akan menempel di magnet utara. Setelah Hati Nurani mati tentu putaran dynamo kehidupan terhenti, dan Nafsu dengan leluasa mengaliri Magnit Utara dengan kekuatannya hingga menimbulkan kehancuran.

Contoh sederhana: Seseorang akan berkenalan dengan orang yang baru ditemuinya, melihat dandanan yang dikenakan biasa saja. Maka orang yang Akalnya lebih dominan dari Hati Nuraninya akan bicara seperti ini: “ Yah…males gue, ni orang pasti orang susah gak level neh…, dandannya aja norak gitu. Mana jam tanganya murah lagi……”. Karena belum apa-apa sudah Akalnya dulu yang digunakan, selanjutnya dengan bantuan Nafsu menjatuhkan, akan membuat mimik mukanya jadi tidak enak dilihat, angkuh, sombong dll. Padahal belum tentu orang yang akan ditemuinya itu seperti dugaannya.

Sebaliknya bila Hati Nuraninya yang lebih dominan tanpa melibatkan Akal, maka ia akan menjadi orang yang merasa paling suci, paling baik, dan tanpa rasa curiga sedikitpun menyambut baik orang tersebut. Dan dengan bantuan Nafsunya, mudah sekali ia menjadi korban penipuan. Lebih bahaya lagi kalau Akalnya sudah mati dan Nafsunya yang berkuasa. Ia bisa jadi Teroris dengan menjadi perusak tapi tetap merasa suci.

Maka yang terbaik adalah…

Biarlah Akal bekerja sebagai Kutub Utara dengan kemampuan yang sama besar dengan Hati Nurani sebagai Kutub Selatan sehingga menghasilkan putaran yang seimbang. Gunakanlah Nafsu secukupnya saja untuk mempertahankan dynamo kehidupan tetap berputar dengan baik, tanpa adanya kortsleting yang bisa membuat fisik dan psikis menjadi ERROR. Ingat Nafsu bukan untuk dibunuh, tapi untuk dikendalikan.

Siapa yang mengendalikan..? Adalah Akal dan Hati Nurani yang bekerja sama untuk mengendalikannya. Oleh sebab itu keduanya disebut Akal - Budi Pekerti, Akal yang digunakan berdasarkan Hati Nurani.

Itulah yang saya maksud dengan perlunya Bersahabat Dengan Diri Sendiri.