Seperti line telepon, untuk menciptakan suatu pembicaraan yang nyaman, enak didengar, nggak kresek kresek dan yang paling penting jangan sampai tulalit. Sudah pasti diperlukan seperangkat syarat yang mendukung. Antara lain, dari kedua belah pihak yang saling berhubungan, nomornya sudah betul, pesawat teleponnya normal, jaringan lancar, cuaca ok dan lain lain.
Demikian juga dengan cara cara berkomunikasi, secara umum ada 3 syarat utama dalam berkomunikasi;
Pertama, cara berkomunikasi Anak anak
Kedua, cara berkomunikasi Dewasa
Ketiga, cara berkomunikasi Orang Tua
Coba perhatikan…,
Anak-anak dalam berkomunikasi. Tidak pernah mau kalah, ingin menang sendiri, tidak perduli situasi dan kondisi, dan kalau ingin sesuatu harus instant tidak mau mengerti dll.
Pendek kata, anak anak dalam berkomunikasi Hasrat/Nafsu/Emosi sebagian besar lebih menguasai dirinya, dibanding dengan menggunakan Logika ataupun Hati Nurani, apalagi menggunakan pengalaman hidup. Itu sebabnya bila seorang anak-anak berkomunikasi emosinya meletup-letup. Semua yang dimilikinya adalah yang terbaik baginya. Oleh sebab itu apabila ada yang mengalahkan, maka Langit atau Tuhanlah yang paling hebat.
Dewasa dalam berkomunikasi. Hasrat/Nafsu/Emosi sudah mulai dapat dikendalikan, melihat situasi dan kondisi. Logika selalu di kedepankan. Hati Nurani mulai selalu diajak berdiskusi dengan Logika. Dan pengalaman hidup sudah mulai dijadikan sebagai dasar guna memutuskan sesuatu. Itu sebabnya seorang yang telah Dewasa dalam berkomunikasi hampir seluruh komponen dipergunakan, sehingga dapat menimbulkan diskusi, atau saling bertukar pikiran.
Orang Tua dalam berkomunikasi. Hasrat/Nafsu/Emosi hampir sudah dapat dikendalikan sepenuhnya dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Logika terkadang sudah tidak terlalu menjadi komponen terpenting, lebih mengedepankan Hati Nurani berdasarkan kekuatan pengalaman hidup. Itulah sebabnya Orang Tua dalam berkomunikasi lebih banyak mengandung nasihat-nasihat, serta bertukar pengalaman hidup.
Bila melihat ke 3 cara berkomunikasi tersebut, pasti terfikir bahwa sudah semestinya bahwa anak-anak, dewasa, maupun orang tua, seiring dengan umurnya seharusnya memang melakukan cara cara berkomunikasi seperti diatas.
Ternyata pada kenyataannya, tidak. Ada banyak sekali dijumpai, bahwa umur tidak identik dengan cara-cara berkomunikasi seperti diuraikan diatas.
Bila seorang remaja masih berkomunikasi dan bersikap seperti anak-anak, saya rasa masih bisa dimaklumi. Karena masih kurangnya pengalaman hidup, bimbingan, serta masih dalam bentuk pencarian identitas diri.
Namun apabila kita menjumpai seorang yang sudah cukup umur, mulai bekerja, menikah, apalagi telah memasuki paruh baya dan bahkan sudah mulai tua, masih menggunakan cara-cara berkomunikasi dan bersikap kekanak-kanakan(Childist), ini yang sangat memprihatinkan.
Bisa dibayangkan, bagaimana akan tercipta suatu komunikasi yang menganggap bahwa lawan bicara adalah tim, dan hasil komunikasi bisa berdampak hebat, menghasilkan suatu diskusi yang mengarah kepada kemajuan. Apabila seorang yang sudah cukup umur tersebut masih berkomunikasi dan bersikap Childist, ingin menang sendiri, emosional, mementingkan diri sendiri dan kelompoknya.
Jika saja salah satu pihak yang melakukan hubungan komunikasi bertemu dengan seseorang yang Childist tersebut, sudah dapat digambarkan seperti awal tulisan ini, hubungan komunikasi tersebut akan menghasilkan kualitas komunikasi yang kresek-kresek dan bahkan tulalit, sehingga dapat menimbulkan salah paham, kecurigaan, ketersinggungan, dll.
Adakah faktor yang mempengaruhi sesorang, sehingga meskipun secara umur sudah cukup tapi menggunakan cara-cara berkomunikasi dan bersifat Childist?
Jawabannya ada, antara lain Pola berfikir Negatif (Negative Thinking), faktor Historis, latar belakang, merasa lebih dibandingkan orang lain, dll yang akan dibahas tersendiri.
Sedangkan untuk terciptanya Tim Komunikasi Hebat, syarat-syarat mutlak yang diperlukan adalah:
Bersahabat dengan diri sendiri.
Pola berfikir Positif Thinking.
Pengendalian Hasrat/Nafsu/Emosi.
Mengedepankan Logika.
Control Hati Nurani.
Berkomunikasi dan Bersikap Dewasa.
Menghargai Lawan Bicara.
Menganggap Lawan Bicara adalah Tim.
Mengarahkan Pembicaraan Kearah Diskusi.
Tidak Memaksakan Kehendak.
Melihat Ruang Lingkup Pembicaraan secara Luas.
Mengambil Manfaat, Membuang yang tidak Berkenan.
Berpegangan Pada Pengalaman, tapi tidak mutlak.
Mengalah untuk Menang.
Banyak Mendengar, Sedikit Bicara.
White Lies atau Kebohongan Putih.
Serius Tapi Santai.
Sunday, January 18, 2009
Syarat Terciptanya Tim Komunikasi Hebat 002
1:52 PM
Tim Komunikasi Hebat